“Guruku tersayang, guruku tercinta tanpamu apa
jadinya aku”
Sepenggal
lirik inilah yang menjadi lagu andalan untuk menggambarkan perasaan siswa
kepada seorang guru. Guru adalah sosok yang mampu mengantarkan siswa untuk
menjadi pribadi yang diimpikan. Namun, lirik ini tidak berlaku bagi banyak siswa yang mengambil keputusan untuk berhenti sekolah dengan alasan bahwa sekolah dan guru tidak
penting dan tidak menarik bagi siswa.
Sebagai
seorang guru yang mencerdaskan kehidupan bangsa sudah sepatutnya hal ini
menjadi persoalan untuk dituntaskan karena di luar ekspektasi penulis. Jika
putus sekolah, artinya siswa belum menjalankan wajib belajar 12 tahun yang
menjadi program pemerintah. Hal ini berdampak buruk bagi siswa pada masa yang
akan datang. Seperti kita ketahui, dalam mencari karyawan, perusahaan akan
melihat latar belakang pendidikan pelamar. Jika tidak tamat sekolah, nantinya siswa
akan susah mendapat pekerjaan. Jadi, bisa kita bayangkan apabila angka putus
sekolah meningkat, yang akan terjadi adalah penurunan kualitas pendidikan di daerah
tersebut. Ini bukanlah sesuatu hal yang kita inginkan dimana orang-orang sedang
berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik dengan
mengedepankan pendidikan.
Oleh
karena itu, sekolah yang menjadi tempat menimba ilmu sekaligus alat untuk
meningkatkan kualitas pendidikan sudah saatnya untuk membuat terobosan baru
yang lebih opening. Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
saat ini sudah meluncurkan Program Sekolah Penggerak. Dengan Sekolah Penggerak diharapkan mampu mewujudkan visi pendidikan
Indonesia dengan berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara
menyeluruh. Hasil belajar mencakup kompetensi literasi maupun numerasi serta karakter.
Selain itu, Sekolah Penggerak diawali dengan perangkat yang unggul yaitu kepala
sekolah dan guru. Dan diharapkan juga peran pemerintah dan lembaga lain untuk
mendukung jalannya program ini.
Hal ini juga mendorong penulis untuk
menerapkan suatu strategi belajar yang menggunakan konsep belajar abad 21
berupa pembelajaran yang berpusat pada siswa, aktif menyelidiki dengan konteks
dunia nyata serta mampu berkolaborasi. Strategi belajar tersebut mengacu pada
literasi sains berupa kegiatan belajar langsung memanfaatkan teknologi internet
dengan menerapkan keterampilan, membuat inovasi yang terpadu serta kerjasama
antar siswa untuk meningkatkan
keterampilan abad 21. Hal
ini sangat baik dilakukan untuk menggali kompetensi guru dalam mewujudkan
lingkungan sekolah yang nyaman untuk siswa. Sehingga siswa akan merasa betah di
sekolah dan termotivasi untuk belajar dari guru yang kompeten.
Guru bisa berinovasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi zaman sekarang menggunakan aplikasi canggih yang mampu memotivasi siswa generasi Z. Oleh karena itu, guru perlu diperlengkapi dengan keahlian yang berdaya guna dan keterampilan hidup. Dengan memanfaatkan platform Merdeka Mengajar, guru mendapatkan kemampuan dasar yang unlimitted sebagai tameng dalam menghadapi siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Selain itu, guru juga perlu mengeksplor portal Rumah Belajar sebagai rambu-rambu dan tindak lanjut untuk meningkatkan keterampilan abad 21. Portal Rumah Belajar merupakan aplikasi yang mampu menjawab keinginan siswa generasi Z serta sesuai dengan prinsip pembelajaran abad 21. Guru tidak harus menutup mata dengan keadaan siswa sekarang yang lebih menggandrungi game online dibanding materi pelajaran. Guru jangan melihat dari sisi negatif saja, tetapi harus dapat membalikkan keadaan negatif menjadi positif. Dengan portal Rumah Belajar yang didalamnya terdapat fitur edu game mampu menarik perhatian siswa untuk belajar sambil bermain. Sehingga memotivasi siswa untuk mencari tahu tentang mata pelajaran tersebut.
Oleh karena itu, guru menjadi ujung tombak penentu karakter siswa di masa yang akan datang. Mau dibawa kemana generasi ke depan? Pertanyaan inilah yang menjadi salah satu tanggung jawab guru sebagai nakhoda dalam mengantar siswa untuk sampai ketujuannya. Sebagai nakhoda, guru harus memiliki wawasan dan sudah memahami medan yang akan dihadapi. Tidak ada yang salah dengan apa yang sudah guru lakukan selama ini. Hanya saja dalam menghadapi siswa sekarang yang notabene selangkah lebih maju dan banyak maunya, diperlukan guru dengan seribu solusi untuk menghadapi siswa tersebut.
Dengan memanfaatkan platform Merdeka Mengajar dan Rumah Belajar menjadikan guru lebih kreatif dan inovatif, apalagi dengan adanya dukungan dari pemerintah akan
mengurangi angka putus sekolah dan menutup celah dengan alasan apapun yang
menjadi masalah selama ini. Sehingga jika siswa dihadapkan dengan keadaan yang
mengharuskan untuk putus sekolah, maka guru dapat menjadi tameng untuk mencegah
terjadinya hal tersebut. Dan mampu menghapus pola pikir siswa bahwa sekolah itu
tidak penting dan tidak menarik.
Dalam
kesempatan ini, penulis juga ingin
mengucapkan kepada seluruh guru untuk tetap terus semangat "berkolaborasi dan bertransformasi menumbuhkan ekosistem digital menuju Merdeka Belajar" dan juga dalam memberikan ilmu serta karakter kepada siswa generasi Z. Penulis tutup tulisan ini untuk menggambarkan sosok guru dengan lirik
“guruku, aku tanpamu butiran debu”